Penguatan Rupiah Terpengaruh Pernyataan Trump dan Ekspektasi Penurunan Suku Bunga AS

TDBC – Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menjelaskan bahwa penguatan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipengaruhi oleh pidato pelantikan Presiden AS, Donald Trump, yang menyoroti kebijakan tarif impor yang lebih moderat.

Pernyataan tersebut mengarah pada penurunan ekspektasi inflasi di AS, yang pada gilirannya meningkatkan kemungkinan The Fed (Bank Sentral AS) akan memangkas suku bunga lebih dari yang diperkirakan sebelumnya.

“Akibatnya, ekspektasi inflasi AS menurun, dan ini membuka peluang The Fed memangkas suku bunga kebijakan lebih dari satu kali pada tahun ini, dari yang sebelumnya diperkirakan hanya 25 basis points (bps), menjadi 50 bps,” ujar Josua di Jakarta, Rabu (22/1).

Pada Selasa (21/1), yield Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tercatat menurun 1-4 bps seiring dengan turunnya ekspektasi inflasi di AS. Penurunan yield ini memicu optimisme pasar terhadap penurunan suku bunga 50 bps dari The Fed sepanjang tahun 2025.

Volatilitas pasar juga tercermin dalam volume perdagangan obligasi pemerintah yang melonjak signifikan, mencapai Rp38,99 triliun pada Selasa (21/1), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan volume perdagangan pada Senin (20/1) yang hanya sebesar Rp10,15 triliun.

Pemerintah Indonesia juga berhasil melaksanakan lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan penerbitan sebesar Rp26 triliun dari total penawaran yang diterima senilai Rp54,47 triliun.

Meskipun demikian, pada sisi kepemilikan asing, tercatat adanya penurunan sebesar Rp3,43 triliun dalam kepemilikan obligasi IDR, menjadi Rp868 triliun, atau sekitar 14,29 persen dari total obligasi yang beredar hingga Senin (20/1).

Namun, meskipun ada penguatan di pasar obligasi Indonesia, sentimen pasar global pasca pelantikan Donald Trump menunjukkan adanya ketegangan baru.

Terutama setelah Trump mengancam untuk mengenakan tarif 25 persen terhadap Meksiko dan Kanada, serta mengindikasikan bahwa tarif 10 persen terhadap China bisa diberlakukan sebagai respons atas peredaran Fentanyl. Hal ini menyebabkan sentimen risk-on mulai mereda, yang mendorong penguatan dolar AS.

“Nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp16.275 hingga Rp16.400 per dolar AS pada perdagangan hari Rabu ini,” ungkap Josua.

Pada penutupan perdagangan Rabu (22/1), nilai tukar rupiah menguat 64 poin atau 0,39 persen, menjadi Rp16.279 per dolar AS, dibandingkan dengan posisi sebelumnya yang tercatat di Rp16.343 per dolar AS.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga menunjukkan penguatan, bergerak ke level Rp16.327 per dolar AS, dari posisi sebelumnya yang tercatat Rp16.331 per dolar AS.

Dengan perkembangan ini, para pelaku pasar akan terus memantau situasi global dan domestik, khususnya kebijakan moneter AS dan dampaknya terhadap nilai tukar rupiah serta pasar obligasi Indonesia ke depan.