TBDC – Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan dampak dari kebijakan tarif baru Amerika Serikat (AS) terhadap pasar keuangan dunia, aset kripto dinilai sebagai peluang investasi alternatif yang semakin diminati, khususnya oleh generasi muda yang melek teknologi.
Chief Technology Officer (CTO) Indodax, William Sutanto, dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (12/4), menyebutkan bahwa aset kripto kini menjadi salah satu opsi investasi yang menarik di tengah tekanan geopolitik dan volatilitas pasar.
“Volatilitas bukan semata-mata risiko, tetapi bisa menjadi peluang strategis bagi investor yang memahami arah dan dinamika pasar,” ujarnya.
William menjelaskan bahwa kebijakan tarif baru yang diberlakukan oleh AS terhadap sejumlah mitra dagang utama telah memicu efek domino di berbagai sektor, termasuk pasar saham dan aset digital. Meskipun pasar kripto dikenal dengan volatilitasnya yang tinggi, menurutnya Bitcoin justru telah menunjukkan karakteristik sebagai aset lindung nilai yang mulai diadopsi oleh sejumlah negara maju.
“Bitcoin memiliki fundamental yang berbeda dari aset keuangan konvensional. Di tengah ketidakpastian global, aset kripto seperti Bitcoin dapat menjadi pilihan diversifikasi investasi yang relevan,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa volatilitas pasar sering kali dimanfaatkan oleh investor berpengalaman untuk melakukan akumulasi aset pada harga rendah, guna mengambil posisi jangka panjang yang strategis.
Dalam sepekan terakhir, kata William, volume transaksi aset kripto tercatat meningkat sebesar 30 hingga 50 persen, terutama saat pasar mengalami koreksi. Hal ini mencerminkan tingginya antusiasme investor dalam memanfaatkan fluktuasi harga untuk meraih potensi keuntungan.
Lebih lanjut, William mengutip laporan dari salah satu perusahaan riset kripto global yang menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat adopsi kripto tertinggi ketiga di dunia. Dengan jumlah investor kripto yang telah mencapai 22,9 juta per 2024, ia meyakini bahwa masa depan industri aset digital di Tanah Air sangat menjanjikan.
“Minat masyarakat Indonesia terhadap kripto sangat tinggi. Kami optimistis, dengan kolaborasi antara regulator, pelaku industri, dan edukasi yang berkelanjutan, Indonesia berpotensi menjadi pusat pertumbuhan industri kripto di kawasan Asia Tenggara,” ujarnya.
Namun demikian, William juga mengingatkan pentingnya edukasi dan kehati-hatian dalam berinvestasi, terutama bagi generasi muda yang menjadi motor utama dalam pertumbuhan adopsi aset digital.
“Investasi kripto memiliki potensi keuntungan yang besar, tetapi juga mengandung risiko tinggi. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan dana dingin — dana yang tidak mengganggu kebutuhan pokok, seperti pendidikan atau kesehatan,” tutupnya.