Meriah dan Penuh Makna, Prosesi Adat Mappanre Ri Tasi’e Warnai Puncak Pesona Budaya Tanah Bumbu

Facebook
Twitter
WhatsApp

TBDC – Lembaga Adat Ogi Tanah Bumbu kembali menggelar Prosesi Adat Mappanre Ri Tasi’e Tahun 2025 pada Sabtu (10/5/2025), bertempat di Pantai Pagatan, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu. Ribuan warga dan wisatawan memadati kawasan pantai untuk menyaksikan rangkaian prosesi adat yang menjadi salah satu warisan budaya paling sakral dan meriah di wilayah pesisir Kalimantan Selatan.

Acara yang digelar secara kolaboratif bersama Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu ini berlangsung meriah dan penuh khidmat, menampilkan kekayaan budaya lokal masyarakat Bugis Pagatan yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Ritual Massorong Olo: Ungkapan Syukur kepada Sang Pencipta

Puncak prosesi ditandai dengan massorong olo, yakni ritual mengantar sesaji berupa hasil bumi dan hasil laut ke tengah laut menggunakan kapal-kapal hias milik nelayan setempat. Iring-iringan kapal yang telah dihias indah ini berlayar menuju laut lepas, diiringi doa bersama sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki laut selama setahun terakhir.

Tradisi ini mencerminkan filosofi hidup masyarakat pesisir Pagatan yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai spiritualitas, keseimbangan alam, dan rasa kebersamaan. Prosesi ini juga menjadi bentuk penghormatan terhadap laut sebagai sumber kehidupan utama masyarakat nelayan.

Pemkab Tanah Bumbu Dukung Pelestarian Tradisi dan Kearifan Lokal

Hadir mewakili Bupati Tanah Bumbu, H. Andi Rudi Latif, Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Eryanto Rais, menyampaikan sambutan sekaligus apresiasi atas terselenggaranya prosesi adat Mappanre Ri Tasi’e.

“Melestarikan budaya bukan hanya soal menjaga warisan fisik, tetapi juga menyelamatkan nilai-nilai luhur, filosofi hidup, serta semangat gotong royong yang menjadi ruh dari kebudayaan itu sendiri,” ujarnya di hadapan peserta prosesi dan masyarakat yang hadir.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah bekerja keras, termasuk panitia pelaksana, tokoh adat, tokoh masyarakat, dan seluruh warga yang turut serta menjaga kelestarian budaya ini.

“Semoga prosesi ini membawa berkah, menjadi perekat sosial, dan terus menginspirasi generasi muda untuk mencintai serta melestarikan budaya daerah,” tambahnya.

Lestarikan Budaya, Majukan Pariwisata

Ketua Lembaga Adat Ade Ogi Tanah Bumbu, Fawahisah Mahabatan, dalam sambutannya menegaskan bahwa massorong olo merupakan bagian tak terpisahkan dari upacara adat Mappanre Ri Tasi’e, yang sudah menjadi tradisi turun-temurun masyarakat nelayan Pagatan.

“Ini bukan sekadar pesta pantai, tetapi juga bentuk rasa syukur dan pengharapan akan keselamatan dan kesejahteraan di masa mendatang,” ucapnya.

Ia menambahkan, prosesi ini selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dan wisatawan, karena menyajikan kekayaan budaya, nuansa spiritual, serta keindahan visual dalam satu kesatuan acara.

Melalui momentum ini, Fawahisah berharap agar Pesta Laut Mappanre Ri Tasi’e kembali masuk dalam Kalender Kharisma Event Nusantara (KEN) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sehingga dapat terus dikenal dan menjadi daya tarik wisata budaya nasional.

Harmoni Alam, Budaya, dan Masyarakat

Mappanre Ri Tasi’e bukan hanya sebuah prosesi, melainkan simbol harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Melalui ritual ini, masyarakat diajak untuk merenungi pentingnya menjaga alam, bersyukur atas rezeki, serta melestarikan warisan budaya leluhur sebagai bagian dari identitas daerah.

Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu berkomitmen untuk terus mendukung kegiatan-kegiatan budaya yang membangun jati diri masyarakat dan memajukan pariwisata daerah melalui pendekatan yang berbasis kearifan lokal.

| Berita Terbaru