TBDC – China mengumumkan akan mengenakan tarif tambahan sebesar 34 persen pada semua produk yang diimpor dari Amerika Serikat mulai 10 April 2025. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kebijakan tarif timbal balik yang diberlakukan oleh AS terhadap ekspor China, sebuah keputusan yang dinilai China sebagai tindakan yang merugikan kedua belah pihak dan ekonomi global secara keseluruhan.
Menurut pernyataan Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara yang dirilis pada Jumat (4/4) waktu setempat, kebijakan tarif tambahan ini muncul setelah Amerika Serikat mengenakan tarif resiprokal pada barang-barang asal China.
China menganggap langkah tersebut tidak sesuai dengan aturan perdagangan internasional dan merupakan sebuah tindakan sepihak yang secara serius merongrong hak-hak serta kepentingan sah negara tersebut.
Komisi menambahkan bahwa kebijakan AS ini lebih merupakan bentuk intimidasi dan dapat berdampak buruk tidak hanya bagi kepentingan ekonomi Amerika sendiri, tetapi juga bagi stabilitas global dan rantai pasokan industri internasional.
“Langkah AS ini tidak hanya merugikan kepentingan Amerika Serikat sendiri, tetapi juga dapat membahayakan perkembangan ekonomi global serta mengganggu stabilitas rantai industri dan pasokan yang sudah terjalin lama,” ungkap Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara.
Pernyataan ini menggarisbawahi dampak yang jauh lebih luas dari kebijakan tarif tersebut, yang dipandang dapat memperburuk ketegangan perdagangan internasional dan mengganggu hubungan ekonomi antarnegara besar di dunia.
Desakan untuk Penyelesaian Lewat Dialog
Sebagai respons atas kebijakan tarif dari AS, China mendesak agar Amerika Serikat segera mencabut kebijakan tarif sepihak tersebut dan memilih jalur diplomasi untuk menyelesaikan sengketa perdagangan.
“Kami mendesak Amerika Serikat untuk segera menghentikan kebijakan tarif sepihak ini dan menyelesaikan perselisihan perdagangan melalui konsultasi yang berdasarkan pada prinsip kesetaraan, saling menghormati, dan keuntungan bersama,” tegas Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara.
China menegaskan bahwa penyelesaian yang adil dan berbasis pada dialog adalah solusi yang lebih baik untuk kedua negara daripada melanjutkan eskalasi tarif yang dapat memperburuk ketegangan perdagangan.
Kebijakan Tarif Baru dan Dampaknya
Komisi juga menyampaikan bahwa tarif tambahan yang akan diberlakukan ini tidak akan menerima pengurangan atau pembebasan, berbeda dengan beberapa kebijakan yang telah ada sebelumnya terkait pengurangan atau pembebasan pajak atas produk-produk tertentu. Hal ini menegaskan bahwa kebijakan tarif tambahan ini bersifat lebih luas dan akan diterapkan secara seragam tanpa pengecualian.
Pengenaan tarif tambahan ini menggarisbawahi ketegangan yang terus berkembang antara kedua ekonomi terbesar di dunia, yang selama beberapa tahun terakhir telah terlibat dalam perselisihan perdagangan yang berkepanjangan.
Dampak dari kebijakan ini diperkirakan akan dirasakan oleh perusahaan-perusahaan di kedua negara, serta oleh konsumen yang akan menghadapi harga barang yang lebih tinggi akibat tarif yang dibebankan pada produk impor.
Tantangan bagi Ekonomi Global
Ketegangan perdagangan antara AS dan China tidak hanya mempengaruhi kedua negara tersebut, tetapi juga dapat berdampak pada ekonomi global secara lebih luas. Para analis ekonomi telah lama memperingatkan bahwa perang dagang yang terus berlarut-larut dapat mengganggu aliran perdagangan global, memperburuk ketidakpastian pasar, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi di berbagai belahan dunia.
Namun, meskipun China menekankan pentingnya penyelesaian perselisihan melalui dialog, dampak dari kebijakan tarif yang dikeluarkan oleh kedua negara besar ini semakin jelas. Pasar saham global yang sudah bergejolak diperkirakan akan semakin terpengaruh, sementara sektor-sektor yang bergantung pada impor dan ekspor akan mengalami penyesuaian yang berat.
Menunggu Respons AS
Pihak AS sendiri belum mengeluarkan tanggapan resmi terkait pengumuman tarif tambahan yang diberlakukan oleh China. Namun, kebijakan tersebut tentu akan menambah kompleksitas dalam hubungan perdagangan yang sudah penuh tantangan antara kedua negara.
Dengan banyaknya ketidakpastian yang dihadapi oleh pasar global, banyak pihak yang berharap agar kedua negara dapat menemukan jalan tengah yang lebih konstruktif untuk menyelesaikan perbedaan mereka, demi menjaga kestabilan ekonomi global.
Dengan pengumuman ini, semakin jelas bahwa ketegangan perdagangan antara AS dan China akan berlanjut, dan kedua negara mungkin akan terus mengadopsi kebijakan-kebijakan tarif yang saling membalas. Dalam situasi ini, ekonomi global harus bersiap menghadapi kemungkinan dampak yang lebih besar, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.