TBDC – Psikolog lulusan Universitas Indonesia (UI), Nurul Adiningtyas, MPsi, mengungkapkan pentingnya pendekatan holistik dalam menghadapi masalah kesehatan mental, terutama bagi mereka yang tengah berjuang dengan gangguan mental.
Dalam sebuah webinar yang diadakan pada Rabu (13/3), Nurul menekankan bahwa mengenali dan memahami pemicu yang dapat memperburuk kondisi mental seseorang adalah langkah awal yang penting untuk mengelola kesehatan mental.
“Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah mengenali trigger yang bisa menstimulasi reaksi emosional yang berlebihan, seperti kecemasan, stres, atau depresi. Misalnya, ada orang yang merasa cemas atau tertekan hanya dengan melihat orang lain marah,” kata Nurul.
Dengan mengetahui pemicu-pemicu tersebut, individu yang menghadapi masalah kesehatan mental bisa lebih bijak dalam menghindari atau menghadapinya dengan cara yang tepat, demi menjaga keseimbangan emosional dan kesejahteraan mereka.
Selain itu, Nurul juga menekankan pentingnya menjaga konsistensi dalam pengobatan, terutama bagi mereka yang telah terdiagnosis dengan gangguan mental. Menurutnya, mengikuti jadwal pengobatan yang diberikan oleh dokter atau psikiater sangat penting untuk mendukung pemulihan.
“Selain itu, dukungan sosial juga sangat diperlukan. Saling terhubung dengan orang lain dan tidak ragu untuk berkonsultasi secara rutin dengan dokter atau psikiater bisa sangat membantu dalam proses penyembuhan,” ujarnya.
Di tengah bulan Ramadhan, Nurul menyarankan agar puasa tidak menjadi beban tambahan bagi individu yang memerlukan pengobatan rutin.
“Jika jadwal obat tidak bisa disesuaikan dengan puasa, itu tidak masalah. Kesehatan mental tetap harus menjadi prioritas,” ujarnya dengan tegas, mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi individu dengan masalah kesehatan mental selama bulan puasa.
Sebagai salah satu metode untuk membantu mengelola emosi, Nurul mengungkapkan bahwa menulis bisa menjadi alat yang efektif.
“Menulis dapat membantu seseorang untuk lebih memahami dan mengelola perasaan mereka. Dalam budaya Indonesia yang sering kali mengajarkan untuk menahan ekspresi emosi, menulis memberikan ruang untuk mengekspresikan perasaan secara lebih jujur dan bebas,” jelas Nurul.
Menulis bukan hanya berguna untuk mengungkapkan kesedihan, tetapi juga untuk merayakan hal-hal positif yang telah dicapai. Dengan cara ini, individu dapat lebih menghargai diri sendiri dan tidak terlalu bergantung pada validasi dari orang lain.
Lebih lanjut, Nurul juga menyarankan agar setiap individu memberikan apresiasi pada diri mereka sendiri dengan mengucapkan terima kasih atas tubuh dan pikiran yang telah bekerja keras sepanjang hari.
“Refleksi semacam ini bisa membuka ruang untuk pengembangan diri dan memberikan motivasi agar menjadi lebih baik,” tuturnya.
Dalam rangka menjalani bulan Ramadhan dengan seimbang, Nurul mengajak masyarakat untuk membuat perencanaan dan daftar tugas (checklist) agar setiap waktu dapat dimanfaatkan secara optimal, baik untuk beribadah, menjaga kesehatan mental, maupun menjalani rutinitas harian.
Dengan pendekatan holistik ini, ia berharap individu yang menghadapi masalah kesehatan mental bisa menjalani Ramadhan dengan lebih tenang, sehat, dan penuh kesadaran.
“Kita belajar untuk menghargai diri sendiri, bukan menunggu penghargaan atau validasi dari orang lain. Ternyata, hal ini dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis,” kata Nurul, menutup penjelasannya.
Pendekatan yang penuh perhatian terhadap diri sendiri dan kesehatan mental ini diharapkan dapat membantu masyarakat lebih tangguh dalam menghadapi tantangan hidup, terutama di bulan yang penuh berkah ini.