Meta Pertimbangkan Fitur Pengenalan Wajah di Kacamata Pintar, Picu Kekhawatiran Privasi Global

TBDC – Perusahaan teknologi Meta dikabarkan tengah mengembangkan fitur baru untuk kacamata pintar Ray-Ban Meta AI yang memungkinkan pengguna mengidentifikasi wajah orang-orang di sekitar mereka secara real-time menggunakan teknologi pengenalan wajah (face recognition).

Dilansir dari Gadgets 360 pada Kamis (8/5), fitur ini disebut akan bersifat opsional bagi pengguna. Saat ini, kacamata pintar Ray-Ban Meta AI sudah dilengkapi dengan lampu LED indikator yang menyala saat kamera digunakan untuk mengambil foto atau merekam video. Namun, belum dipastikan apakah sistem pengenalan wajah nantinya juga akan dilengkapi dengan indikator visual serupa.

Fitur tersebut dikembangkan berdasarkan teknologi Live AI yang sudah tertanam dalam perangkat, dan secara internal dikenal dengan nama super sensing. Teknologi ini memungkinkan kacamata memindai wajah di sekitarnya, lalu mencocokkannya dengan basis data untuk menampilkan informasi identitas, seperti nama, secara instan.

Meskipun pengguna memiliki pilihan untuk mengaktifkan atau menonaktifkan fitur tersebut, individu yang dikenali tidak memiliki mekanisme untuk menolak wajah mereka dipindai atau diidentifikasi—sebuah celah yang mengundang perhatian serius dari pengamat privasi digital.

Indikator Kamera Bisa Dimatikan, Privasi Dipertaruhkan

Meta juga dilaporkan mempertimbangkan opsi menonaktifkan lampu LED indikator saat fitur pengenalan wajah aktif, yang dapat menimbulkan kekhawatiran terkait keterbukaan penggunaan perangkat di ruang publik. Padahal, indikator tersebut sebelumnya dianggap sebagai komponen penting untuk menjaga transparansi penggunaan kamera di ruang terbuka.

Keputusan ini, jika diambil, dapat memperburuk kekhawatiran publik mengenai potensi pengawasan diam-diam dan penyalahgunaan teknologi, terutama dalam konteks sosial seperti perkantoran, transportasi umum, dan ruang publik lainnya.

Inspirasi dari Teknologi I-XRAY dan Potensi Penyalahgunaan

Sinyal pengembangan ini mengingatkan publik pada eksperimen yang dilakukan oleh dua mahasiswa Harvard tahun lalu. Mereka menciptakan sebuah sistem bernama I-XRAY, yang memanfaatkan kacamata pintar Meta, model bahasa besar (LLM), teknologi pencarian wajah, dan basis data publik untuk mengidentifikasi nama dan alamat teman sekelas mereka secara real-time. Demonstrasi ini menunjukkan bahwa pengenalan wajah melalui kacamata pintar bukan hanya mungkin, tetapi juga sangat mudah dilakukan.

Meski proyek I-XRAY tidak pernah dirilis ke publik karena pertimbangan etis, langkah Meta untuk menyematkan fitur serupa langsung ke dalam perangkat konsumen membuka peluang pemanfaatan teknologi ini oleh siapa pun, tanpa pengawasan yang memadai.

Dilema Etika dan Urgensi Regulasi

Fitur pengenalan wajah pada kacamata pintar Meta memang menawarkan kecanggihan dan kenyamanan, namun juga menimbulkan tantangan besar terkait hak privasi dan pengawasan massal. Tanpa perlindungan hukum yang jelas, fitur ini bisa menjadi alat yang melanggar hak individu untuk tidak dikenali tanpa persetujuan mereka.

Saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Meta mengenai jadwal rilis fitur ini. Namun, wacana ini telah memicu diskusi serius tentang perlunya regulasi yang lebih ketat atas penggunaan teknologi pengenalan wajah, terutama yang diintegrasikan ke dalam perangkat konsumen seperti kacamata pintar.