Ahli Gizi: Camilan Anak Tak Cukup Lezat, Harus Juga Bergizi

TBDC – Ahli gizi Dr. dr. Lucy Widasari, M.Si menekankan pentingnya peran orang tua dalam menyajikan camilan bergizi bagi anak, bukan sekadar mempertimbangkan rasa lezat. Menurutnya, camilan yang sehat akan membantu menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, sekaligus membentuk kebiasaan makan yang baik sejak dini.

“Camilan bukan sekadar pengganjal lapar. Orang tua sebaiknya menyajikan camilan sehat seperti buah potong segar, jagung rebus, ubi kukus, bola-bola tempe, puding susu tanpa gula tambahan, atau dadar sayur mini,” kata Lucy saat dihubungi di Jakarta, Kamis (12/6).

Camilan tersebut, lanjut Lucy, tidak hanya lebih mudah diterima oleh anak karena bentuk dan rasanya yang familiar, tetapi juga kaya akan serat, vitamin, dan mineral. Kandungan tersebut jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan jajanan tinggi gula, garam, dan pewarna buatan yang kerap dikonsumsi anak-anak.

Orang Tua sebagai Panutan Gizi Anak

Lucy menegaskan bahwa orang tua memegang peran penting sebagai model dalam pola makan anak. Salah satu strategi efektif, menurutnya, adalah dengan melibatkan anak dalam proses pemilihan bahan dan penyajian makanan di rumah.

“Anak yang dilibatkan dalam memilih atau menata makanan sendiri, seperti memilih buah atau membantu menyiapkan camilan, cenderung lebih antusias dan terbuka terhadap jenis makanan baru,” ujarnya.

Manfaatkan Pangan Lokal dan Tradisional

Dalam konteks keberlanjutan dan ketahanan pangan keluarga, Lucy juga mendorong pemanfaatan pangan lokal bergizi yang mudah diakses. Bahan seperti daun kelor, bayam, singkong, jagung, tempe, dan ikan air tawar memiliki kandungan gizi tinggi serta cocok untuk dijadikan bagian dari menu camilan maupun makanan utama.

“Selain bernutrisi tinggi, pangan lokal juga lebih murah, mudah didapat, dan mencerminkan kearifan lokal yang penting untuk dilestarikan,” tambahnya.

Membangun Kebiasaan Makan Sehat Sejak Dini

Lucy menekankan bahwa kebiasaan makan sehat tidak terbentuk secara instan, tetapi merupakan hasil dari pola asuh gizi yang konsisten dan penuh kesadaran. Ia menyebutkan bahwa penanaman nilai gizi pada anak adalah bentuk investasi jangka panjang dalam membangun generasi yang lebih kuat, sehat, dan cerdas.

“Gizi bukan hanya tentang apa yang dimakan, tapi bagaimana nilai-nilai itu dikenalkan dan diteladankan dalam kehidupan sehari-hari,” ucapnya.

Kebiasaan sederhana seperti makan bersama di meja makan juga memiliki peran penting. Selain sebagai sarana untuk membangun kebersamaan, momen ini menjadi media pembelajaran nilai-nilai kehidupan, termasuk rasa syukur, disiplin, dan tanggung jawab terhadap tubuh sendiri.

Kebersihan dan Gaya Hidup Sehat Tak Kalah Penting

Tak hanya soal makanan, Lucy juga mengingatkan pentingnya kebiasaan bersih dan sehat, seperti mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah makan.

“Kebiasaan kecil ini jika dilakukan secara konsisten dan diteladankan oleh orang tua, akan membentuk pondasi karakter anak yang sehat secara fisik dan mental, serta sadar akan pentingnya menjaga diri dan lingkungannya,” tutupnya.