TBDC – Demensia atau kepikunan merupakan istilah umum yang merujuk pada kumpulan gejala akibat penurunan fungsi otak yang cukup signifikan hingga mengganggu aktivitas harian. Gejala tersebut mencakup penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, berkomunikasi, hingga pengendalian emosi dan perilaku yang memengaruhi kemampuan bersosialisasi.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, meski belum ada obat yang dapat menyembuhkan demensia, sejumlah langkah pencegahan terbukti mampu menurunkan risikonya secara signifikan—terutama melalui pengaturan pola makan dan gaya hidup sehat.
Penelitian terbaru dari Universitas Columbia, yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nutrients dan dikutip dari Eating Well pada 13 Juni 2025, menemukan bahwa lima zat gizi berperan penting dalam menurunkan risiko demensia. Studi tersebut melibatkan 6.280 peserta dari Health and Retirement Study di Amerika Serikat, dengan fokus pada data diet dan penilaian kognitif.
Kelima zat gizi yang dikaitkan dengan penurunan risiko demensia itu adalah:
- Isorhamnetin (flavonol)
- Mangan
- Serat makanan
- Beta tokoferol dan
- Beta tokotrienol (keduanya termasuk vitamin E)
Flavonol seperti isorhamnetin banyak terdapat dalam buah-buahan dan sayuran seperti apel, pir, beri, anggur hijau, serta dalam kacang almond, biji bunga matahari, dan ginkgo biloba.
Sementara mangan, yang bersifat antioksidan dan penting bagi metabolisme serta sistem kekebalan tubuh, bisa ditemukan pada polong-polongan, kacang-kacangan, biji-bijian utuh, dan sayuran hijau seperti bayam.
Vitamin E, baik dalam bentuk tokoferol maupun tokotrienol, juga memiliki sifat antioksidan yang kuat. Sumber alaminya termasuk biji-bijian, bibit gandum, minyak nabati, brokoli, dan bayam.
“Jika Anda khawatir tidak mendapatkan cukup nutrisi pelindung otak, ada baiknya untuk mulai menyesuaikan pola makan harian. Misalnya, mengganti camilan tinggi gula dengan segenggam kacang dan buah beri sebagai alternatif yang lebih bergizi,” tulis laporan tersebut.
Tak hanya nutrisi, pencegahan demensia juga sangat dipengaruhi oleh faktor gaya hidup lainnya. Aktivitas fisik rutin, manajemen stres yang baik, serta tidur yang cukup dan berkualitas turut memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan otak seiring bertambahnya usia.
Para ahli mengingatkan bahwa upaya menjaga kesehatan otak perlu dimulai sejak usia muda, mengingat gejala awal demensia bisa muncul lebih dini dari yang diperkirakan, bahkan sejak usia 40-an.