Komdigi: Transformasi Digital dan AI Jadi Kunci Hadapi Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan

TBDC – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menegaskan bahwa transformasi digital, termasuk pemanfaatan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence/AI), merupakan salah satu strategi utama dalam membantu Indonesia mengatasi dampak perubahan iklim, khususnya terhadap sektor kesehatan masyarakat.

“Teknologi menjadi perisai kita terhadap ancaman kesehatan yang disebabkan oleh perubahan iklim. Untuk menghadapinya, kita membutuhkan sains, kolaborasi, dan inovasi digital,” ujar Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, saat menyampaikan sambutan dalam acara Innovative Forum of ClimateSmart Indonesia yang berlangsung di Jakarta, Senin (5/5).

Nezar menjelaskan bahwa pemerintah tengah mengoptimalkan pemanfaatan teknologi baru, khususnya AI, guna memperkuat ketahanan sistem kesehatan nasional. Dengan bantuan teknologi ini, kebijakan dapat dirumuskan berdasarkan data yang akurat dan berbasis ilmiah, sehingga lebih efektif dalam mengantisipasi dan merespons dampak perubahan iklim.

“Inovasi kesehatan digital memainkan peran penting dalam meningkatkan kesiapsiagaan dan ketangguhan sistem kesehatan, sehingga dampak dari bencana atau wabah dapat diminimalkan,” jelasnya.

Menurutnya, teknologi digital seperti pemantauan pasien jarak jauh, sistem peringatan dini, dan dukungan perawatan diri berbasis aplikasi telah terbukti membantu memperluas jangkauan pelayanan kesehatan, khususnya di daerah terdampak bencana atau yang sulit dijangkau secara geografis.

Komdigi juga menilai bahwa kemampuan transformatif dari AI harus dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Salah satu bentuk dukungan konkret yang diberikan pemerintah adalah pengembangan Electronic-Warning Alert and Response System (E-WARS), sebuah sistem tanggap dini yang terintegrasi untuk deteksi dan penanganan awal potensi wabah serta gangguan kesehatan lainnya akibat perubahan iklim.

“Kami menantikan berbagai kemajuan teknologi dan eksplorasi lebih banyak kasus penggunaan AI di sektor kesehatan, sehingga kita bisa membayangkan masa depan dengan kondisi kesehatan yang lebih baik dan menyelamatkan lebih banyak nyawa,” ujar Nezar.

Lebih lanjut, ia menyampaikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan Innovation Forum of ClimateSmart Indonesia yang menjadi ajang kolaborasi lintas sektor. Forum ini diharapkan dapat melahirkan solusi berbasis data melalui sinergi antara Kementerian Kesehatan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (Korika), Institute for Health Modeling And Climate Solutions (IMACS), serta Mohamed bin Zayed University of Artificial Intelligence (MBZUAI).

Dengan mengintegrasikan data iklim dan data kesehatan, AI diyakini mampu memprediksi potensi terjadinya wabah penyakit, mempercepat deteksi dini, serta membantu dalam penyusunan kebijakan mitigasi yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim.

“Kita harus memanfaatkan keunggulan teknologi untuk mengubah krisis menjadi peluang besar bagi transformasi kesehatan nasional dan masa depan Indonesia yang lebih tangguh,” pungkas Nezar.